Kusegarakan langkahku menuju
Asramah pondok kami,entah kenapa senyumku tiba-tiba saja mekar tampa sebab,
dalam langkahku tiba-tiba seseorang mengagetkanku dengan suaranya yang khas
‘’ehm ,senyum-senyum sendiri
nih , ada apa akh ?teriak Akhi khoir dari teras mesjid yang ku lalui,
‘’heheh ndag kenapa-napa
akh, Cuma pengen Kasi sedekah untuk antum nih, , ?jawabku di sertai tawa
yang tak beralasan,
‘’yelah, anaa terima sodaqoh
nya,’’ jawabnya mengeleng-geleng kepala, seakan mengerti apa yang sedang saya
rasakan,
tak sulit menemukannya akhi hery, seperti biasa jam
dua siang pasti berada di belakang lemarinya untuk sekedar menghafal beberapa
Ayat Al-quran,
‘’akhiiiiii… ‘’teriakku
ngos-ngosan
Akhi hery berbalik dengan wajah yang sangat kaget
‘‘ada
apa akhi, ketemu kuntilanak yah?tanyanya mulai menggoda.
‘‘nganu
akh...itu didepan“ jawabku tetap ngos-ngosan
‘‘sebaiknya
akhi edy tenang dulu , tarik napas
dalam-dalam dan keluarkan”jawabnya menenangkan
‘‘hahaha
ternyata akhi punya bakat jadi pelatih senam hamil yah“ candaku di sertai tawa
menjengkalkan
‘‘ah
antum ini, bisa aja, kalau anaa jadi pelatihnya Antum jadi ibu hamilnya aja yah? Timpalnya sambil memukul
pundakku,
‚‘‘heheh
antum ini, itu didepan ada bidadarinya kuntilanak yang nyari noh, katanya dia
adiknya antum,mulutku mulai berceloteh.
‚‘‘yeeee...enak
aja , memang saya tampang keluarga kuntilanak yah?tanyanya dengan wajah geram.
‘‘heheh
, ‚‘‘jawabku cengengesan sambil menggaruk garuk kepala,
‘‘Tapi ngomong- ngomong
emang kuntilanak juga punya bidadari yah? tanya sambil berdiri dari tempatnya
‘‘iya tentu akh, tergantung
situasi dan kondisi, situasi bagaimana
penampilanya, dan kondisi hati dan perasaan yang melihatnya, hahahah ? jawabku tertawa terbahak-bahak sambil
membuntuti langkah akhi hery dari belakang,
‘‘hemmm...dassar antum ini,
‚‘‘jawabnya dengan langkah terburu-buru,‘
sesampainya di tempat piket akhi hary memperkenalkanku dengan gadis
kuntilanak itu,
‘‘assalamu’alaikum
nis‘‘ salam hery untuk adiknya
‚‘‘wa’alaikumussalam
kak, ‘‘ jawabnya di sertai senyum.
‚‘‘nis,
ini akhi edy , teman sekamar saya diasrama,‘‘ timpalnya sambil mennjuk kearahku
‚‘‘saya annisa,‘‘ gadis itu melemper senyum kepadaku dengan
telapak tangan yang yang saling
menempel,
‚‘‘edy, timpalku dengan
melakukan hal yang sama,
kupersilahkan akhi hery bertemu di sebuah ruangan
khusus tamu, dan saya memilih untuk tetap di luar untuk menjalankan tugas
piket.sesekali ingin melirik namun tak kunjung kulakukan, karena rasa malu yang
begitu besar,
#####
Pagi yang indah, mentari
mulai menampakkan senyum khasnya , hangat dan lembut, sekiranya begitulah yang
di rasakan pak khaeruddin pagi itu, namun tidak pada hatinya , hantinya hanya
terpaku pada nama edy yang sedang di carinya,
pagi itu segera langkahnya
mencari angkutan yang sekiranya dapat membawa dirinya pada alamat yang tertulis
pada kertas yang di ganggamnya erat-erat, Bis antar Kota menjadi pilihanya.
‘‘anakku
malang kemanakah enkau?Pikirnya,
Dalam perjalananya , Angan anganya terbang mengikuti arah angin , dedaunan yang
kering terbang seakan melambaikan tangan untuknya ,mangingatkan pak khaeruddin
pada masa itu, ketika ia menitipkan Bayi mungil yang baru di lahirkan istrinya
pada gubuk kecil di sebuah desa
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
‘Malam
gelap , angin yang sangat Kencang, dan hujan deras seakan tak peduli apa yang
sedang di rasakan oleh sepasang suami istri yang sedang manunggu kelahiran bayi
yang di cintainya itu, sebut saja pak khaeruddin dan istrinya ibu Fatimah.
Dalam cekamnya malam ibu fatimah terpaksa harus melahirkan bayinya tampa
bantuan seorang dokter atau pun bidan,‘
Malam
itu para utusan orang tua pak khaeruddin , mengelilingi kampung yang yang
menjadi tempat tinggalnya, untuk mencari sosok pak khaeruddin ,
awalnya kisah , cintanya
pada ibu fatimah tidak mendapat restu dari orang tuanya, karena strata ekonomi
yang sangat jauh, menjadi pemicu
,ketidak sukaan orang tua pak kheruddin yang notebene adalah orang yang memiliki
kekayaan yang sangat berlimpah,
dengan bermodal puluhan juta
uang tabunganya, akhirnya pak khaeruddin
memilih untuk menikahi ibu fatimah tampa sepengetahuan dari orang tuanya dan
pergi meninggalkan rumah dan menetap di sebuah kampung, dan akhirnya inforamasi
keberadaanya kini telah tercium oleh keluarganya, hingga mengutus orang untuk
memisahkan ibu fatimah dan pak kheruddin,
malam itu , pak khaeruddin
dengan susah payah mencari cara untuk dapat membawa istrinya ke rumah bersalin,
namun apa daya hujan yang begitu deras dan tampa kendaraan yang bisa di
gunakan,
ibu
fatimah makin kesakitan , dia hanya bisa mengerang di atas kasur sementara pak
kheruddin bingung bukan kepalang, tak ada orang yang bisa menolong istrinya,
sementara dia tidak bisa bergerak leluasa untuk keluar karena utusan orang
tuanya senantiasa terus mengawasi kampung itu, jika iya meninggalkan istrinya
dan dirinya temukan, pastilah pak kheruddin akan di bawah kekediaman orang
tuanya tampa memikirkan nasib istrinya yang ingin melahirkan. Sungguh pak
khaeruddin tidak menginginkan kejadian itu terjadi, hingga iya memilih untuk
membantu istrinya untuk melahirkan,
‚‘‘dan
takdir Alloh , bayi mereka selamat, Seorang bayi laki-laki yang tampan kini
telah terdengar suranya di permukaan bumi,‘‘
Tangisan
pak haeruddin pecah dalam sujud syukurnya, kumandang Adzan yang di lakukan pak
kheruddin di telinga sang bayi segera saja di lakukan ‘’
Namun ibu Fatimah sama sekali belum manampakkan
sanyumnya,
“
ibu? Suara serak pak kheruddin keluar, sambil menggoyangkan tubuh istrinya itu,
Namun tak ada respon yang bisa ditampakkan, , pak
kheruddin mulai gelish, keringat dingin yang sudah berhenti kini kembali
bercucuran lebih deras,
‘’
ibuuuuuu kamu harus kuat, saya akan membawamu kerumah sakit,. Tangis pak
kheruddin semakin menjadi- , menjadi
Kakinya mulai bergerak untuk mencari untusan dari
orang tuanya, , dalam pikirnya biarlah mereka membawanya kembali tapi dengan
syarat agar mereka dapat menolong anak dan istrinya , namun takdir telah di temtukan, mereka rupanya
telah kembali, karena hujan yang sangat lebat,
Lankah pak
kheruddin semakin kencang , segera saja
mengangkat tubuh istrinya kepundaknya, dan menggedong bayinya di depan, uang
tabungan yang ingin di gunakan untuk sebuah usaha segera diambilnya, pak
khaeruddin nekat untuk membawa istrinya kerumah sakit
Dalam malam yang sangat gelap pak kheruddin melangkahkan
kakinya yang menopang dua orang manusia, hanya sebuah payung yang menjadi
pelindung bayinya , pikiranya kacau tak
menentu, di tengah lankahnya, pak keruddin hanya bisa berdoa dan berdoa,
Namun
langkahnya semakin lemah, dan sekan tak sanggup lagi melanjutkanya, pak
khaeruddin terhenti di depan sebuah gubuk , pikiranya mulai berputar , akhirnya
memutuskan untuk menitipkan Anaknya pada pemilik rumah itu, berharap anaknya
bisa di rawat dengan baik, dengan jaminan
separuh uang yang di bawanya di berikan pada ibu paruh baya itu , pak
kheruddin berjanji sewaktu-waktu akan kembali untuk mengambil anaknya itu,
tak
banyak perjanjian yang di sepakat malam itu, pak kheruddin hanya berfikir untuk
segera membawa istri tercintanya itu kerumah sakit, , langkahnya kian terpicu, sesampainya di jalan raya, pak kheuddin
akhirnya sedikit lega karena ada mobil pengankut pasir yang mau menolong
perjalanya untuk bisa segera samapai di kota,
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bayang-bayang
pak khaeruddin kian jauh pada masa itu, tak terasa waktu telah menunjukkan jam
sebelas siang, perjalanya pun berhenti di sebuah terminal di batas kota, pak
kaeruddin pun akhirnya memilih pencarian alamtnya dengan memanfaatkan jasa
tukas becak, tak jauh dari dari terminal itu, pak kheruddin dapat menemukan
rumah petugas panti asuhan itu ,
0 komentar:
Posting Komentar